Makanan – Makanan Legendaris Yang Ada Di Kota Jogyakarta
Suzannescuisine.com – Siapa yang tidak tahu kalau Yogyakarta (atau Yogyakarta pada umumnya) adalah provinsi dengan banyak makanan legendaris yang enak dan tak terlupakan? Jogja adalah kota pendidikan dan salah satu pusat budaya Jawa. Kedua faktor inilah yang membuat banyak jajanan Jogja murah meriah, namun tetap mempertahankan tradisi kuliner kunonya.
Jogja merupakan kota pendidikan dan salah satu pusat budaya Jawa. Kedua faktor inilah yang membuat banyak jajanan Jogja murah meriah, namun tetap mempertahankan tradisi kuliner kunonya. Seperti yang kita ketahui bersama, Kuliner khas Jogja yang satu ini memang tidak monoton, mulai dari jajanan, hidangan utama hingga makanan penutup, semuanya. Kalau ke Jogja pasti nggak boleh melewati tempat kuliner legendaris ini, oke.
Makanan – Makanan Legendaris Yang Ada Di Kota Jogyakarta
1. Gudeg Mbah Lindu, Gedong Tengen
Yogyakarta adalah salah satu kota di Indonesia yang konon selalu bikin kamu kangen. Ya, karena budaya, tujuan wisata, dan makanan di sini. Beberapa makanan lezat di lidah sudah ada selama puluhan tahun. Contohnya adalah camilan lupis Mbah Satinem-Lee Seung Gi pernah berkunjung. Apalagi, sejak zaman kolonial, muncul lagi Gudeg Lindu (Gudeg Lindu). Hingga saat ini, Mbah Lindu masih melakukan penjualan. Jika ke Yogya jangan lupa mampir ke Gudeg yang terletak di Sosromenduran Sosrowijayan St. 30, Gedong Tengen, Yogyakarta ini.
Kenapa makanan hangat ini disebut makanan legendaris? Karena Mbah Lindu adalah penjual antusias tertua di Jogja. Mbah Lindu sudah tidak muda lagi, usianya sudah hampir satu abad. Badan membungkuk, bahkan saat berjalan terkadang harus sangat lambat. Kulitnya keriput, dan suaranya yang unik bisa mengingatkan Anda pada orang yang Anda cintai. Namun, kesetiaannya pada penjualan anggur Goode menginspirasi semangat generasi muda. Masakan tradisional harus dilestarikan. Inilah kebanggaan kami sebagai anak bangsa.
Mbah Lindu dikenal sebagai hot seller Jogja tertua dan sudah berjualan sejak jaman kolonial. Nenek Setya Utomo (Setya Utomo) sudah berjualan sejak umur 13 tahun. Pada masa penjajahan, terlihat jelas bahwa Indonesia belum merdeka, dan tentunya Belanda dan Jepang masih melakukan penjarahan secara membabi buta. Tidak bisa dibayangkan betapa sulit dan sulitnya Mbah Lindu saat itu, dan masih laku sampai sekarang.
Sejak jaman kolonial mulai berjualan, Mba Lindu tidak pernah mencicipi uang sepeser pun. Pada masa itu, Anda hanya dapat membeli maksimal 5 bungkus dengan harga satu sen. Kini, harga satu pak berkisar antara Rp 15.000 hingga Rp 20.000. Tenang saja, dengan harga segini tidak akan menyesal, karena Mbah Lindu akan meracik dan membuat bumbu hangat yang dijualnya.
2. Mangut Lele Mbah Marto, Bantul
Manusia ikan ikan adalah makanan sederhana. Namun, Mbah Marto telah mendedikasikan lebih dari 60 tahun untuk melestarikan hidangan ikan lele yang lezat ini. Salah satu masakan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah adalah olahan ikan lele dengan sambal kelapa pedas. Ada ikan goreng versi goreng dan ikan lele asap. Di Bantul, Yogyakarta, namanya ikan mangut lele, Anda tidak akan melewatkan kuliner dari Mbah Marto ini.
Warung lele Mangut di Mbah Marto berlokasi di Dusun Nggeneng di Desa Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantu. Meski lokasinya tidak di kawasan strategis, mangut lelenya yang enak akan membuat orang mengunjungi toko ini lagi. Tidak hanya mangga ikan gu asap yang pedas dan enak, keramahannya juga membuat orang-orang merindukannya. Jika masyarakat mengandalkan “dapur terbuka” sebagai restoran modern di kota-kota besar dunia, maka Mbah Marto telah mempraktikkannya sejak lama. Ya, jika Anda makan di toko, Anda bisa langsung ke dapur. Bau atau bau berasap dan kayu bertabrakan dengan aroma mentega mangga yang dimasak.
Anda bisa makan ikan lele langsung dari panci dan mengamati semua aktivitas dapur. Semua lauk pauk ditempatkan di baskom di atas baskom bambu besar. Saat Mbah Marto sudah tua, ia terus berjualan usus manusia. Sebelumnya Mbah Marto berjualan di sekitar pelosok, lalu pada tahun 1989 mulai berjualan di rumahnya sendiri. Khusus untuk ikan, pihaknya tetap menyediakan ikan berkualitas untuk memuaskan pelanggan. Ikan yang dipilih sebagai olahan ini merupakan lele yang cukup umur dan berukuran besar, serta tentunya bisa segar atau masih hidup.
Nama lengkap Mbah Marto (Mbah Marto) Martoddiryo (Martoddiryo, 80 tahun), dia berjualan ikan mangu, ayam dan kreček sebelum berjualan di rumah bersama beberapa warga. Sambal goreng. Mereka mengunjungi desa itu dari sore hingga malam.
3. SGPC Bu Wiryo 1959, Selokan Mataram
Yogyakarta tidak hanya dikenal sebagai kota pelajar, tetapi juga kota yang kaya akan kuliner. Sego Pecel Bu Wiryo (berganti nama menjadi SGPC Bu Wiryo) didirikan pada tahun 1959 dan merupakan bagian tengah dari legenda adiboga Yogya yang terkenal kecuali gudeg. kolom. Apakah nilai jual khusus.
Berbicara tentang sejarah SGPC Bu Wiryo, sebagaimana disebutkan di atas, SGPC Bu Wiryo didirikan pada tahun 1959 oleh sepasang suami istri bernama Wiryosoenarto, Dario dan Suyati. Pada awal berdirinya, toko ini terletak di sebelah timur KPTU UGM. Pada tahun 1994, lokasi toko ini dipindahkan ke Jalan Agro CT VIII di Sleman, Selokan Mataram Utara. SGPC Bu Wiryo tetap mempertahankan arsitektur yang sederhana, interior toko ini dipenuhi dengan meja dan bangku berlapis kayu, memberikan kesan yang kuat. SGPC Bu Wiryo telah mewarisi budaya tradisional secara sederhana dan langgeng. Selain itu, saat Anda menginap di toko ini, Anda juga bisa memutar musik populer dan lagu daerah, serta terdapat grup musik untuk hiburan Anda.
Baca Juga : 9 Makanan Khas Kota Roma Yang Wajib Dicoba
Sesuai namanya, menu utama warung ini tentu saja sego dan pecel. Bukan sego pecel yang biasa Anda jumpai, melainkan sego pecel spesial dengan bumbu dan bumbu khas. Anda mungkin terkejut karena menu yang dipesan membutuhkan waktu kurang dari 2-3 menit untuk disiapkan. Kecepatan dan ketangkasan pramusaji sangat penting untuk mengapresiasi kedatangan pengunjung. Soal harga tak perlu khawatir, karena harga beberapa pecel sego dan lauk pauk sekitar Rp 10.000 hingga Rp 12.000 cukup terjangkau bukan?
4. Sate Klathak Pak Pong, Bantul
Di Jogja memang banyak penjual sate klathak, namun salah satu yang paling melegenda adalah Sate Klathak Pak Pong. Saat kamu kesana jangan memikirkan sate kambing yang biasa kamu beli, hehe! Sate Klathak menggunakan daging kambing yang masih muda, sehingga sangat empuk dan tidak berbau tanduk. Sate dimasak dengan bumbu sederhana (yaitu garam dan merica) karena diharapkan dapat menonjolkan rasa daging kambing dan disajikan dengan sup gulai. Cara makannya adalah dengan menuangkan kuah gulai ke dalam nasi dan memakannya dengan sate.
Berbagai keunuikan Sate Klathak Pak Pong ini yang membuat makannan ini legendaris yaitu seperti:
– Jika kebanyakan sate ditusuk dengan batang yang terbuat dari bambu atau daun kelapa, berbeda dengan sate klathak. Sate menggunakan jeruji sepeda untuk menusuk domba dan memanggang domba di atas kompor arang. Ini mungkin terdengar sedikit menakutkan, tapi inilah ciri khas dari sate khas Imogiri, Bantul, dan Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta).
– Pagar pembatas sepeda bisa lebih cepat memanggang daging kambing di atas kompor arang. Selain itu, penyebaran bumbu lebih umum daripada saat dipanggang dengan tongkat. Namun, kuah gulai bisa ditemani rasa sate yang unik. Berbeda dengan sate lainnya, sate biasanya dibakar dengan kecap dan beberapa bumbu. Oleh karena itu, tak heran jika banyak wisatawan yang baru pertama kali mencicipi Sate Klathak akan terkejut dengan cara penyajiannya.
– Sate Klathak Pak Pong bukan hanya satu-satunya yang ada di Bantu Imogiri, namun sejak berdiri pada tahun 1960, Sate Klathak Pak Pong sudah diawetkan untuk generasi penerus. Tak heran, warung sate yang berada di Stadion Sultan Agung Bangura, Arab Saudi ini selalu menjadi keharusan bagi pelanggan setia.
Selain menu sate klathak, Anda juga bisa menikmati variasi menu lainnya. Ini termasuk gulai kambing, makaroni, tengelang, makaroni kepala kambing atau sate biasa yang dibumbui dengan kecap.
5. Soto Bathok Mbah Katro, Sleman
Di Indonesia, sup memiliki berbagai macam rasa dan isian. Kombinasi bumbu juga dapat membedakan karakteristik rasa. Bahkan cara sup disajikan bisa menjadi aspek khusus dalam masakan rumah tangga. Soto bathok Mbah Katro di Sleman, Yogyakarta adalah salah satunya. Sesuai dengan namanya, soto ini disajikan dalam wadah berupa batok atau batok kelapa. Tapi ini bukan satu-satunya. Soto disini memiliki ciri khas yang disajikan yang membuat membedakan dari soto lainyya seperti apa saja itu:
– Isian dari seporsi soto bathok
Bahan soto sebatok ini antara lain tauge, daging sapi, seledri dan kuah bening. Harganya hanya Rp 5.000. Jika memesan soto nasi harganya Rp 7.000. Pilihan lainnya adalah sate usus dan telur puyuh sebagai hidangan tambahan.
– Memiliki tempat dengan suasana ala pedesaaan
Warung sop ini terletak di area persawahan, yang menambah kenyamanan suasana makan. Di banyak gubuk yang terbuat dari bambu juga banyak orang yang bisa makan.
Soto bathok Mbah Katro jam bukanya mulai dari pukul 06.00 sampai dengan 16.00. Hidangan ini bisa dijadikan menu pilihan untuk sarapan pagi. Jika ingin suasana tenang, memang tepat untuk membeli soto ini di pagi hari. Pasalnya, pada siang hari, restoran Soto bathok Mbah Katro semakin ramai.
Soto Bathok Mbah Katro ini terletak di dusun Sambisari yang berada di Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman. Soto Bathok Mbah Katro tidak jauh dari Bandara Adisutjipto. Atau jika memotret dari pusat kota Yogyakarta jaraknya sekitar 16 kilometer. Pengunjung yang datang bisa menikmati wisata kuliner ini. Karena lokasinya dekat dengan tujuan Candi Sambisari. Selain itu jika berkendara, Anda juga bisa ke Candi Kalasan, Ratu Boko dan Candi Prambanan. Sebelum melanjutkan rencana perjalanan Anda, Anda bisa mampir di Mbah Katro, restoran Sotobahok yang ada di daftar perjalanan.
6. Angkringan Kopi Joss Lik Man
Angkringan Kopi jos Lik Man merupakan salah satu Angkringan yang terkenal di Yogyakarta. Sepertinamanya, angkringan ini sediakan minuman istimewa bernama kopi jos. Kopi jos merupakan minuman kopi hitam , dengan tambahan bara api saat diminum. Ketika bara api memasuki minuman kopi, mereka mengeluarkan suara serak, dan aroma kopi yang menarik bercampur dengan luka bakar. Kedai kopi Jos Lik Man ini sudah ada sejak lama.
Beberapa hal menarik yang ada disini:
– Angkringan ini sudah berjalan hingga ke 3 generasi
Angkringan kopi jos Lik Man saat ini dijalankan oleh generasi ketiga, putra Lik Man, bernama Kobar (45 tahun). Warung Angkringan ini terletak di utara Stasiun Tugu dan aslinya dibuat oleh ayahnya Lik Man.
– Cerita mula nya kopi ini
Saat ini, kopi Joss yang terkenal itu muncul dari kreasi “Lik Man”. Saat membuat kopi Klotok, Limin menuangkan batubara panas ke dalam gelas. Tentunya dari kejadian yang tidak disengaja itu muncul rasa yang enak, sehingga selalu bisa digunakan.
– Memiliki harga yang murah
Meski Angkringan kopi Jos Lik Man sudah dikenal luas, harga makanannya sangat murah. Harga secangkir kopi Rp 5.000, nasi kucing Rp 2.000, gorengan tiga orang Rp 2.000, dan aneka sate semuanya Rp 3.000. Meski makan banyak, uang yang dikeluarkan dari kantong tidak akan terlalu banyak. Bagi yang tidak suka kopi Jos, kedai ini juga menawarkan teh dan jus jahe dengan harga murah.
– Angkringan ini buka hingga pukul 02.00 pagi
Kedai kopi jos Lik Man buka mulai pukul 14.00 hingga 02.00. Pembeli suka berkeliaran di sini, sekadar mengobrol dan menghabiskan waktu. Dari waktu ke waktu, Anda akan mendengar bunyi klakson kereta api karena letaknya yang dekat dengan Stasiun Kereta Api Tugu Yogyakarta.
– Memiliki cita rasa yang khas kopi yang nikmat
Saat pertama kali mencicipi kopi Jose, Anda akan merasakan kopi yang manis dan nikmat. Namun, saat minuman Anda habis, akan terasa lebih pahit karena bara api yang tercampur dengan kopi. Tapi kepahitan itu sendiri memberi orang perasaan yang menyenangkan.
7. Bakmi Mbah Mo, Bantul
Kota ini bernama Jogja dan terkenal dengan kulinernya yang legendaris. Salah satunya adalah mie jawa. Meski banyak penjual bakmi jawa yang tersebar di seluruh penjuru Yogyakarta, namun ada salah satu kedai bakmi jawa yang terkenal di seluruh dunia yaitu Bakmi Jawa MbahMo.
Meski jauh dari pusat Kota Yogyakarta, Bakmi Jawa Mbah Mo tak akan membuat wisatawan berlama-lama. Warung mie jawa ini berdiri sejak tahun 1986 dan berlokasi di Jalan Parangtritis Km 11 di Tri Hamgo, Trienggo, Bantul, Yogyakarta. Ibu Jaba adalah anak pertama dari Mbah Mo. Ia kini melanjutkan bisnis ayahnya. Ia bercerita bahwa ide awal memulai bisnis mie jawa ini berasal dari kakaknya, dan kakaknya menyarankan transaksi bersama.
Baca Juga : 8 Resep Makanan Pedas, Cocok Dinikmati Saat Hujan
Jika bakmi jawa biasanya menggunakan campuran kecap dalam peragaannya, berbeda dengan bakmi jawa mbah mo yang tidak mengandung kecap. Selain itu mie ini tidak menggunakan lada dan tomat. Tidak hanya tidak menggunakan ketiga bahan tersebut dalam menunya, mie jawa ini juga menggunakan telur bebek dan ayam lokal. Bisakah Anda membayangkannya dengan benar?
Perbedaan bahan yang digunakan membuat cita rasa berbeda dengan mie jawa lainnya. Sausnya berwarna kuning muda dan rasanya lebih asin. Di Mbah Mo tidak akan ditemukan mie tipis pada bagian mie jawa karena hanya menggunakan mie kuning. Rasa kuahnya semakin nikmat dengan irisan tipis kol dan ditaburi seledri serta bawang goreng. Telur bebek sengaja digunakan untuk membuat mi jawa yang lebih asin untuk membedakannya dengan mi jawa lainnya. Resep ini sudah diwariskan turun-temurun dan berawal dari mie campur jawa milik kakak Mbah Mo, Mbah Rebo, yang juga membuka usaha mie Jawa. Selama ini resepnya tidak pernah berubah sedikit pun untuk menjaga rasa. Kompor tradisional yang terbuat dari tanah liat masih digunakan dalam proses pembuatannya.
Gerai Mbah Mo Bakmi Jawa ini tidak hanya akan mengubah formula, tetapi juga tidak akan membuka cabang di tempat lain. Posisinya tetap sama dari awal. Dari luar, eksterior toko ini terlihat sederhana. Tapi tolong jangan salah sangka, dibalik kesederhanaannya bisa menyimpan makanan yang begitu enak.